Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Catatan

Aura Farming: Ironi dalam Diam

16
×

Aura Farming: Ironi dalam Diam

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ocky Anugrah Mahesa

Tren Aura Farming terlalu dibesar-besarkan, hanya karena gerakan bocah 11 tahun dari Kuansing itu ditiru banyak orang buat selebrasi. Tapi apa yang terjadi di balik tren tersebut, tak sebanding dengan hingar bingar media sosial. Malah sangat memilukan. Tak banyak yang tahu soal itu, bahkan pemerintah sendiri seakan tak peduli.

Example 300x600

Azhari Hafid dalam tulisannya yang berjudul Aura Farming: Ketika Diam Jadi Bahasa Paling Lantang yang terbit di media ini menilai, tarian Rayyan adalah suara yang paling lantang karena disampaikan dalam diam. Trennya melaju cepat, secepat kayuhan perahu yang dipacu orang-orang Kuansing.

Perhatian dunia membuat Rayyan dihadiahi beasiswa, diangkat jadi Duta Wisata Riau, dihadiahi uang puluhan juta Rupiah dan mendapatkan kesempatan pula untuk semeja dengan petinggi-petinggi negeri. Namun, perlakuan itu agaknya sebuah ironi, fakta pahit yang harus ditelan mentah-mentah atlet-atlet Riau peraih medali di ajang PON Aceh-Medan lalu.

Perlakuan Pemprov Riau kepada Rayyan itu membikin atlet-atlet itu sedih, mereka seakan diabaikan pemerintah meskipun telah menyumbangkan medali penuh gengsi untuk Riau. Jika Rayyan hanya dengan menari-nari di atas perahu pacu jalur saja bisa mendapatkan semua bonus itu, para atlet ini malah sebaliknya, mereka dilupakan, disingkirkan dengan dalih efisiensi.

Sejak PON lalu, puluhan atlet yang tercatat menjadi kontingen Riau belum mendapatkan bonus. Sesuatu yang jadi kewajiban pemerintah pada dunia olahraga. Sebagai peraih medali, atlet-atlet itu sepatutnya lebih diutamakan daripada sosok-sosok yang muncul ke permukaan karena viralitas. Mereka itu setia, dan kontribusi mereka jelas dan keberadaan mereka punya daya tahan yang panjang. Mengharumkan nama Riau pula. Sementara, tren serupa Aura Farming sebaliknya, hanya bertahan sebentar, dan belum tentu pula bisa memberi kontribusi pada event musiman itu.

Kini atlet-atlet itu sudah bak pengemis di hadapan pemerintah. Parahnya, mereka mengemis atas hak, bukan untuk sesuatu yang belum tentu jadi milik mereka. Bonus yang semula dijanjikan bakal dibayarkan 60 persen dari nominal seharusnya, kini bakal dipotong pula setengahnya. Jika ditotal, atlet-atlet ini menerima tidak lebih banyak dari apa yang didapatkan Rayyan.

Aura Farming memang bak bahasa dalam diam. Suaranya lantang, terdengar sampai ke pelosok dunia, saking kerasnya sampai membuat suara-suara yang berteriak ke telinga penguasa jadi tak terdengar. Suara itu dikalahkan ayunan tangan para Togak Luan, anggukan kepala pemerintah yang hanyut dibuai lagu Melly Mike-Young Black & Rich yang jadi musik latar tren Aura Farming.

Dari sisi promosi, diamnya Rayyan di atas perahu yang berpacu mungkin bikin Pacu Jalur makin dikenal. Riau ketimpa untung. Tapi sejatinya, Riau tak siap dengan itu. Sebelum jauh menggapai asa pariwisata, ada banyak hal yang musti dibenahi. Tidak sedikit pula persoalan yang harus diperbaiki. Promosi sepatutnya berjalan seiring dengan kualitas pemberdayaan, dan jika bicara pemberdayaan, itu menyangkut banyak sektor. Mengingat Pacu Jalur adalah tradisi olahraga, maka atlet-atlet yang selama ini menjadi tonggak tumbuhnya dunia olahraga harus diberdayakan.

Pemerintah jangan latah dengan tren. Dunia digital itu menyiksa. Sesuatu yang kini dikenal dunia, besok bisa saja tenggelam. Hilang ditelan arus Batang Kuantan. Jika sudah hilang, pemerintah tidak bisa ujuk-ujuk memanggil tren itu kembali. Sebab orang-orang pasti akan melihat pengulangan Aura Farming ala Rayyan sesuatu yang basi. Sedangkan, pengabdian para atlet, prestasi, medali-medali yang tergantung di lemari mereka abadi. Capaian tahun ini, akan terus diingat, kekal dalam kepala, dan bukan tidak mungkin jika pemberdayaan berhasil, berjalan sesuai dengan ketentuan, Riau akan dikenal sebagai ranah penghasil atlet hebat.

Tapi apalah daya, dunia memang begitu.

Kenyataan tak seindah rencana. Meski nasib Rayyan dan atlet-atlet Riau, adalah sesuatu yang tak terencana.

Aksi warga Pati di alun-alun
Catatan

Oleh: Ocky Anugrah Mahesa Pati mungkin saja menjadi…