Oleh : Azhari Hafid
Namanya Rayyan Arkan Dikha. Umurnya baru 11 tahun.
Hari itu, ia berdiri di ujung perahu. Di atas jalur kayu yang panjang dan ramping. Matanya ditutupi kacamata hitam. Pakaiannya lengkap adat Melayu. Tapi bukan itu yang membuat orang-orang diam.
Rayyan berdiri… lalu mulai menari.
Bukan tarian yang ramai. Tak ada hentakan. Tak ada gerakan berlebihan. Tapi justru karena itulah semua mata tertuju padanya. Tangannya lentik. Wajahnya tenang. Tidak tersenyum, tidak menghibur. Tapi justru itu yang paling menenangkan: ekspresi tanpa upaya.
Lalu dunia maya bergerak.
Netizen menyebutnya: Aura Farming.
Saya tidak tahu siapa yang pertama kali membuat istilah itu. Tapi seperti banyak hal di TikTok, satu video bisa menciptakan gelombang. Dalam hitungan hari, Rayyan viral. Akunnya dibanjiri komentar. Videonya ditonton jutaan kali. Bahkan klub sepak bola seperti Paris Saint-Germain dan AC Milan ikut mengunggah ulang videonya. Mereka menulis, “Aura farming akurasi 1899%.”
Lucu. Tapi juga menyentuh.
Apa itu aura farming? Istilah ini bukan sekadar soal gaya. Tapi tentang seseorang yang memancarkan karisma tanpa usaha. Yang diamnya bisa bicara. Yang tenangnya bisa membuat ramai terdiam. Yang ekspresinya biasa saja… tapi justru karena itulah ia menarik.
Gaya seperti ini sedang tren di kalangan Gen Z dan Alpha. Anak-anak yang lahir di dunia digital, yang menyerap pola dan estetika dari layar—lalu menampilkannya di dunia nyata. Tapi dalam kasus Rayyan, ini lebih dari sekadar tren. Ia sedang menari di atas perahu Pacu Jalur, warisan budaya Riau yang sudah ratusan tahun hidup di sungai-sungai.
Ia berperan sebagai ‘togak luan’, sosok yang berdiri di ujung perahu, menjaga keseimbangan dan memberi semangat untuk para pendayung. Tapi di tangannya, peran itu berubah menjadi panggung.
Rayyan tidak merancang ini. Ia sendiri bilang, gerakannya spontan. Tapi spontanitas kadang justru lebih jujur daripada yang direncanakan.
Pemerintah melihat ini sebagai peluang. Rayyan diangkat jadi duta pariwisata Riau. Ia bahkan mendapat beasiswa penuh dari pemerintah daerah. Bukan karena dia juara matematika. Tapi karena dia berdiri diam… dan semua orang melihat.
Istilah aura farming kini jadi kosakata baru anak muda. Ia dipakai untuk menggambarkan momen ketika seseorang menjaga ketenangan dan tampil percaya diri tanpa banyak bicara. Tapi lebih dari itu, fenomena ini juga jadi wajah baru dari bagaimana budaya lokal bisa naik ke panggung global. Lewat cara yang sederhana. Lewat anak kecil yang berdiri di ujung perahu, lalu menari tanpa maksud.
Kadang dunia memang begitu. Yang tidak direncanakan, justru mengubah arah.