Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Catatan

Ayah Datang di Hari Pertama

26
×

Ayah Datang di Hari Pertama

Sebarkan artikel ini
foto : Ist

Catatan : Azhari Hafid

Langit kota ini sedikit mendung. Saya berdiri di depan gerbang sekolah, menggenggam tangan dua anak saya—yang sulung sudah duduk di kelas 2 SMP, yang kecil naik ke kelas 3 SD. Saya, sebagai seorang ayah, mengantar mereka di hari pertama masuk sekolah.

Example 300x600

Saya kira ini biasa saja. Sampai saya merasakan sendiri—betapa luar biasanya momen ini.

Wajah mereka berbinar. Mungkin karena baju baru, punya teman baru, atau sekadar karena tahu ayahnya ikut menemani sampai gerbang sekolah. Tapi saya tahu, dalam diam, mereka merasa lebih aman. Lebih kuat. Lebih dilihat.

Tahukan kamu… ada sekitar 2,9 juta anak di Indonesia yang tumbuh tanpa sosok ayah.
Angka itu bukan sekadar statistik. Itu adalah jutaan cerita yang kehilangan. Padahal, peran ayah dalam kehidupan anak—bukan hanya penting, tapi mendasar.

Hari itu, Senin 14 Juli 2025, linimasa media sosial penuh dengan foto-foto serupa: ayah-ayah berdiri di samping anak-anak mereka.
Sebuah gerakan bernama GATI—Gerakan Ayah Teladan Indonesia, menggema di beberapa kota, termasuk di Kukar dan Penajam Paser Utara. Tidak hanya simbolik, tapi nyata. Di banyak sekolah, saya melihat ayah-ayah dengan baju kerja, seragam kantor, bahkan jaket motor—berdiri di depan kelas, menepuk bahu anaknya, mengantar masuk, lalu melambaikan tangan.

Saya tidak sendiri.
Ada Pak Muhammad Riski, pegawai swasta, juga ikut mengantar anaknya di SD 001 Penajam. Ia bilang satu hal sederhana, yang membuat saya mengangguk dalam hati:

“Saya ikut mengantar anak supaya ia merasa terlindungi dan tahu bahwa orang tua hadir dalam momen pentingnya.”

Sederhana. Tapi berharga.
Bukan sekadar soal hadir secara fisik. Tapi juga hadir sebagai figur yang aktif, yang anak-anak bisa lihat, dengar, dan peluk. Karena hadirnya ayah hari ini, adalah pondasi kuat anak esok hari.

Gerakan ini ternyata bukan dadakan.
Ia lahir dari surat edaran resmi BKKBN—nomor B-512/PK.02/J-17/2025—yang menetapkan bahwa Hari Pertama Sekolah Bersama Ayah adalah bagian dari program nasional Quick Wins untuk mewujudkan keluarga sejahtera dan generasi emas Indonesia.

Saya tidak tahu apakah semua ayah sempat membaca surat itu. Tapi saya tahu, banyak dari kami datang bukan karena surat edaran, tapi karena kesadaran:
Bahwa satu hari ini… bisa jadi bekal seumur hidup bagi anak.

Saya pulang dari sekolah dengan rasa haru. Bukan karena saya melakukan sesuatu yang besar. Tapi karena saya menyadari:
Hari ini, saya hadir. Di momen kecil yang akan mereka ingat besar.

Dan mungkin suatu hari nanti, mereka akan menulis…
“Ayahku pernah mengantarku ke sekolah. Di hari pertama. Dan aku merasa… dicintai.”

Aksi warga Pati di alun-alun
Catatan

Oleh: Ocky Anugrah Mahesa Pati mungkin saja menjadi…