Tenggarong — Puluhan mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Menggugat menggelar aksi di halaman Kantor Bupati Kutai Kartanegara. Aksi memprotes skema Beasiswa Kukar Idaman 2025 itu sempat memanas; ban dibakar dan situasi berujung ricuh sebelum akhirnya massa membubarkan diri.
Inti keberatan mahasiswa: kuota penerima bertambah, tetapi pagu anggaran tidak ikut naik sehingga nominal per penerima turun. Untuk jenjang D4/S1, mereka menilai nominal bantuan dipotong dari sekitar Rp5 juta menjadi Rp1,6 juta—angka yang dinilai tidak cukup menutup UKT rata-rata di Kukar. Mereka juga menuntut transparansi pengelolaan program dan penambahan kuota sekaligus anggaran.
Koordinator aksi menyebut enam tuntutan utama, antara lain, menolak pemangkasan nominal, menambah kuota dan anggaran, transparansi, pengalihan dana hiburan untuk pendidikan, evaluasi pejabat terkait, serta percepatan realisasi seragam gratis tanpa pungutan.
Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin turun menemui massa. Ia menegaskan beasiswa akan dicairkan dalam dua tahap dengan total nominal yang sama seperti keputusan terbaru Pemkab. Rendi juga menyebut lonjakan pendaftar tahun ini memecahkan rekor; pendaftar lebih dari 9.000 orang. Terkait jumlah penerima, Pemkab menyampaikan angka melebihi 4.500 penerima (tertinggi sejak program berjalan).
“Intinya dari Pemkab, nominal total tiap penerima tidak dipangkas, namun mencair dua kali agar lebih banyak pendaftar bisa terakomodasi tanpa membengkakkan anggaran tahun berjalan,” ucap dia.
Sejak pendaftaran dibuka, minat melonjak tajam. Pemerintah daerah menyebut penyesuaian skema dilakukan agar lebih banyak mahasiswa tersentuh bantuan tanpa menambah beban APBD 2025—yang imbasnya dirasakan sebagai penurunan nominal per orang oleh sebagian mahasiswa. Diskusi publik seminggu terakhir memang menyoroti opsi “pemerataan vs fokus nominal” di tengah keterbatasan pagu. (ek)