Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Kaltim

Krisis Pangan Melanda Mahakam Ulu, Harga Beras Tembus Rp 1,2 Juta per Karung

62
×

Krisis Pangan Melanda Mahakam Ulu, Harga Beras Tembus Rp 1,2 Juta per Karung

Sebarkan artikel ini

Mahakam Ulu– Bencana kekeringan hebat yang melanda wilayah pedalaman Kalimantan Timur menyebabkan krisis logistik dan lonjakan harga bahan pokok. Di Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, harga beras ukuran 25 kg kini menembus Rp 1,2 juta per karung, sementara gas elpiji 12 kg mencapai Rp 800 ribu per tabung.

Kondisi ini terjadi akibat sungai Mahakam surut ekstrem, mengakibatkan jalur transportasi air – yang menjadi akses utama bagi distribusi logistik – lumpuh total. Wilayah Mahakam Ulu, yang sebagian besar bergantung pada jalur sungai, kini menghadapi isolasi pangan.

Example 300x600

Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) menetapkan status Siaga Darurat Kekeringan. Bupati Bonifasius Belawan Geh menyebut pemerintah daerah telah mengupayakan bantuan dari Bulog, namun distribusi masih terganggu di wilayah hulu akibat minimnya akses alternatif.

“Kami sedang memaksimalkan jalur darat dan Bantuan Subsidi Ongkos Angkut (SOA) untuk menjangkau daerah terdampak,” kata pihak Pemkab Mahulu dalam keterangannya.

Selain beras dan gas, sejumlah kebutuhan pokok lain seperti minyak goreng, telur, dan air minum mulai langka. Warga berharap pemerintah provinsi maupun pusat turut turun tangan dengan langkah cepat dan terkoordinasi.

Fakta Penting:

  • Wilayah terdampak: Long Apari & Long Pahangai
  • Harga beras 25 kg: Rp 1.200.000
  • Harga elpiji 12 kg: Rp 800.000
  • Penyebab utama: Kekeringan ekstrem dan surutnya Sungai Mahakam
  • Solusi sementara: Bantuan beras, subsidi ongkos angkut, dan rencana pembukaan jalur distribusi darat

Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya pembangunan infrastruktur dasar dan jalur distribusi alternatif di wilayah pedalaman. Jika tidak segera diatasi, krisis ini dapat meluas menjadi darurat kemanusiaan yang lebih serius di kawasan hulu Kalimantan Timur. (ah)